Raut wajah Hinata berubah seketika melihat siapa sosok yang sedang berdiri di hadapannya.
"kamu?" Kata sosok pria yang beberapa kali memanggil Hinata, wajahnya pun sama terkejutnya dengan Hinata.
"SA,,SASORI KUN?" Kata Hinata dengan terbata-bata.
~0~
Naruto ©Masashi Kisimoto
Amnesia ©msconan
Rate : T+
Warning : AU,OOC, Typo berserakan dimana2, EYD tidak jelas dll
Don't like, press the back button!
Happy reading ^^/
Present:
Amnesia chap 13
~0~
Tubuh mungil Hinata mematung di tempat, melihat sosok yang sedang berdiri di depannya . rambut merah yang sangat dikenali Hinata juga senyum Pemuda itu.
"Apa kabar? Lama tak melihatmu?" Tanya Sasori mengawali pembicaraan mereka selama beberapa tahun lamanya.
"Heh?Ba-baik. Sasori senpai kenapa ada disini" Tanya Hinata, Bagi Hinata yang ingatannya hilang pertemuannya dengan Sasori bukan lah perjumpaan kembali setelah lamanya tak bertemu.
Kedua pipi Hinata bersemu melihat senpai yang sangat dikaguminya berdiri di depannya, dan berbicara dengannya. Ingatan Hinata akan masa SMA nya semakin jelas, Sasori adalah Senpai yang sangat dia kagumi, dan sepertinya Hinata juga menyimpan rasa pada Sasori.
"Heh? Apa maksudmu Hinata? Aku mengajar disini?" Jelas Sasori sedikit bunging dengan perkataan Hinata, dan kenapa gadis itu masih memangilnya senpai?
"Mengajar? Kenapa bisa? Bukannya,,,"
"Loh Sasori kun?"
Seorang wanita berambut pendek sebahu tiba-tiba muncul dari balik punggung Sasori. Memotong perbincangan Hinata dengan Sasori.
"Oh, Anko sensei!" Kata Sasori terkejut.
"Sedang apa disini?"
"Heh, ini,," Sasori nampak bingung menjelaskan situasi saat ini karena pertemuannya dengan Hinata pun tak disengaja.
"Loh? Perawat yang baru untuk di ruang kesehatan kami ya?" Kata Anko memotong pembicaran Sasori.
"Heh, bu-,,"
Hinata ta bisa mengelak perkataan Anko karena tubuhnya langsung ditarik oleh Anko.
"Kenapa kau tidak mengantarkannya Sasori kun" Kata Anko Sambil menarik tubuh Hinata.
~0~
"Temeeeeeeeeeeee!"
"Apa sih?!" Kata Sasuke gerah.
"Bagaimana ini, ayah Hinata akan datang besok" Kata Naruto dengan wajah frustasi disamping Sasuke.
"Lalu? Apa hubungannya dengan ku?"
"Ayolah, kau tau aku sedang bingung, tak bisa kah kau membantu teman mu ini, berikan aku solusi"
"Baiklah, cepat selesaikan pekerjaan mu! Itu adalah solusi terbaik" kata Sasuke sambil tersenyum simpul pada Naruto.
"Akh! Apa tidak ada cara lain?"
"Tidak ada" Jawab Sasuke singkat.
Naruto memanyunkan bibirnya mendengar perkataan Sasuke, baginya itu sama sekali tak membantunya.
"Aku tau kau pasti bisa!" Kata Sasuke kemudian karena melihat sahabatnya tersebut hanya diam dan menekuk wajahnya.
"Ya,,ya,,ya" Kata Naruto membalas perkataan Naruto, sepertinya moodnya sama sekali tak berubah, tetapi tak ada cara lain. Memang itu satu-satunya yang harus dia lakukan, menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan bergegas pulang menemui istri tercintanya.
~0~
"Jelas?" Kata Anko mengakhiri penjelasanyang cukup panjang kepada Hinata.
Sedari tadi Hinata sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk menjelaskan kepada Anko kejadian sebenarnya jika semua ini hanya lah salah paham.
"E,,eto sebenarnya,,"
"Kenapa? Apa kau masih bingung" Kata Anko lagi-lagi memotong perkataan Hinata.
"Bukan! Se,,sebenarnya"
"ASTAGA!" Aku harus masuk kelas sekarang, Maaf yah Kau bisa bertanya nanti, tenang saja aku akan memberitahukan kepada kepala sekolah, sisanya Sasori yang akan mengurusnya" Kata Anko tiba-tiba. Kemudian guru dengan perawakan tomboy tersebut pergi meninggalkan Sasori dan Hinata diruang kesehatan.
"Hei, tunggu dulu!" Panggil Sasori, "Kenapa tiba-tiba harus aku yang mengurus semuanya" Batinnya.
Panggilan Sasori sama sekali tak di gubris oleh Anko, wanita tersebut sangat cepat menghilang dari hadapan Hinata dan Sasori yang nampak bingung.
"Bagaimana ini?" Kata Hinata dengan suara kecilnya.
"Apa kau benar-benar orang yang akan jadi petugas kesehatan disini?" Tanya Sasori kepada Hinata.
"Bukan, aku bahkan sama sekali tidak mengetahui hal ini" Kata Hinata akhirnya.
"Heh? Lalu?"
"Entahlah?" Kata Hinata, dia sama sekali tidak tahu menahu soal ini.
"Anko sensei pasti sudah memberitahukan kepala sekolah" Kata Sasori bingung.
Tiba-tiba pintu ruang kesehatan tersebut terbuka, memecahkan keheningan kedua insan yang tengah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Sensei tolong!" Kata Seorang siswa sambil memapah temannya.
"Ada apa ini?" Tanya Sasori melihat kondisi kedua siswa tersebut.
"Kepala Konohamaru mengeluarkan banyak darah Sensei!" Jelas siswa tersebut dengan panik.
"Apa yag terjadi?" Kata Sasori lagi.
Belum sempat siswa tersebut menjelaskan kejadian yang mengakibatkan kecelakaan tersebut Hinata tiba-tiba berdiri dan mengambil siswa yang bernama Konomaharu tersebut.
"Nanti saja penjelasanya, kita harus menghentikan perdarahan dikepalanya terlebih dahulu" Kata Hinata sambil mencoba membaringkan Konohamaru yang tampak tak sadarka diri di atas ranjang perawatan.
"Tapi, petugas kesehatannya" Kata Sasori pada Hinata.
"Aku bisa!" kata Hinata kemudian.
Tubuh Hinata dengan lincah dan cekatan mempersiapkan peralatan medis yang dia butuhkan untuk menghetikan perdarahan pada kepala Konohamaru.
Tanpa berkata panjang lebar lagi Sasori membantu Hinata, memang yang terpenting Saat ini adalah menyelamatkan Siswa nya tersebut, melihat tindakan Hinata sepertiny wanita tersebut sangat berpengalaman.
~0~
Pemuda dengan karakter periang ini sama sekali tak bergeming, tangan kanan nya yang memegang pensil tersebut sangat terampil menggoreskan garis-garis di kertas yang semula tampak kosong dan berwarna putuh tersebut.
Sasuke sesekali memperhatikan Naruto yang sedari tadi nampak sibuk dengan pekerjaanya, sudah hampir satu jam lebih sahabatnya itu berkutat dengan sebuah sketsa yang hampir selesai tersebut, dan dalam waktu tersebut pula sahabat pirangnya tak bersuara, berbicara satu kata pada Sasuke pun tidak, nampaknya Naruto sedang dalam mode fokus sekarang.
"Sepertinya kita akan pulang lebih awal, dobe" Kata Sasuke memecahkan keheningan antara dia dan Naruto.
Naruto menglihkan pandangannya sesaat dan menatap Sasuke, merespon perkataan Sasuke dengan senyum singkat kemudian kembali menatap kertas didapannya.
"Tentu saja, aku tak bisa meninggalkan Hinata menghadapi ini sendirian" Kata Naruto sambil terus menggoreskan garis-garis di kertasnya.
"hmm, baguslah" Kata Sasuke
"Kita akan kembali hari ini juga" kata Naruto lagi.
~0~
"yup! Sudah selesai!" Kata Hinata sambil memotong tali perban yang di pakai untuk mengobati kepala salah satu siswa yang mengalami perdarahan tadi.
"apa kah tidak apa-apa?" Tanya Sasori khawatir.
"Hanya robekan kecil, tak perlu jahitan. Cukup dengan perban ini saja untuk menghentikan perdarahannya" Jelas Hinata.
"o-ooh begitu?" Jawab Sasori, dengan sedikit kebingungan.
"Tak perlu khawatir, dia hanya perlu istirahat dan harus rutin mengganti perban ini" jelas Hinata lagi.
"Hinata, kau sering melakukan ini?" Tanya Sasori mengobati rasa penasarannya sedari tadi melihat Hinata yang begitu terampil merawat luka Konohamaru.
"Hah?! E-eto tidak juga" Jawab Hinata ragu.
"Kalau begitu kurasa kau akan cocok disini" Kata Sasori lagi.
"HEH! Ta-tapi aku,"
"Kau tau kan perawat disini belum ada, dan Konohamaru juga membutuhkan mu"
"I-itu bagaimana ya?" Kata Hinata ragu.
Sebenarnya Hinata sangat ingin membantu disini, dan dia cukup menyukai pekerjaan ini. Tapi, masalahnya adalah bagaimana caranya dia member itahukan pada Naruto, seperti saat di café maid, apakah kali ini Naruto akan mengijinkannya, kalau pun Hinata harus membujuk Naruto Hinata yakin Sekali bahwa pria itu pasti meminta berbagai macam hal sebagai syarat, menyebalkan.
"Bagaimana Hinata chan" Kata Sasori membuyarkan pikiran Hinata.
"Baiklah, aku rasa untuk beberapa saat aku bisa" Jawab Hinata akhirnya.
"Arigatou" Kata Sasori pada Hinata. Hah sepertinya pipi gadis berambut ungu gelap ini merona lagi .
~0~
"Tadaima Hinata chan~"
Pria berambut kuning menyala ini membuka kedua pintu kayu utama rumahnya, setelah Sasuke mengantarkannya pulang lelaki ini langsung bergegas turun dari mobil Sasuke dan melesat kerumahnya tanpa meninggalkan satu patah kata pun, tapi Sasuke tak ambil pusing toh itu Naruto, pekerjaan mereka benar-benar selesai dalam waktu yang cepat pula.
"Ero jisan! Kenapa kau lama sekali?" Kata Hinata menyambut kedatangan suaminya tersebut.
Blugh!
Tanpa menghiraukan ocehan yang keluar dari bibir mungil wanita kesayangan yang ada di depannya tesebut, Naruto lamgsung mendekap tubuh Hinata kepelukannya.
"Aku merindukan mu Hime" Kata Naruto dengan senyumnya yang hangat.
Hinata terkejut, dalam hitungan detik tubuhya sudah berada dalam dekapan hangat seorang pria yang mengaku sebagai suaminya tersebut.
"Ukh!lepaskan ero jiisan, kau tidak mendengarkan perkataanku?" Kata Hinata sambil berusaha melepaskan pelukan Naruto.
"Hmm?apa?kau mengatakan sesuatu?" Kata Naruto sambil memandang wajah wanita yang masih berada dalam lingkar tangannya tersebut.
"Apa sih yang kau pikirkan?" Kata Hinata membalas tatapan Naruto.
"Ah,,apa kau mengatakan kalau kau merindukan ku?" Kata Naruto dengan senyum nakalnya.
"Dasar mesum, mana mungkin aku mengatakan hal itu, sekarang lepaskan aku!" Kata Hinata meronta di pelukan Naruto. Tapi kalau boleh jujur mungkin Hinata sedikit merasa kesepian sewaktu ditinggal oleh Naruto. Tapi tidak mungkin bukan dia mengatakannya pada pria mesum di depannya ini.
"Hehe,,tidak mau!" Jawab Naruto.
Hinata terus saja meronta di dalam pelukan Naruto, ah sial! Jika begini terus lelaki di depannya ini bisa merasakan debaran jantungnya. Tunggu dulu? Hinata? Berdebar? Karena Naruto?
"Hentikan ero jii san, kau tau? Neji nii akan menghajarmu jika melihat ini?"
Perkataan telak Hinata membuat Naruto melepaskan pelukan hangatnya untuk sang istri. Hinata tersenyum penuh kemenangan.
"Ya ampun!aku lupa!" Kata Naruto menepuk jidatnya.
"Lalu ayahmu? Apa sudah datang?" Kata Naruto, matanya sibuk menerawang ka berbagai arah, kalau-kalau ternaya sang ayah mertua sudah sejak tadi berada disana.
"Sedang dalam perjalanan" kata Hinata singkat.
"Kau sudah menemukan cincin mu? Tanya Naruto, dia bernafas legah karena ayah Hinata belum datang.
"Gomen" Kata Hinata sambil menggelengkan kepalanya.
"Tenang saja aku sudah disini" Kata Naruto sambil tersenyum lembut, tangannya menangkup kepala Hinata mengacak rambut halus Hinata.
"Hei! Apa yang kau lakukan" Kata Hinata sambil menggembung pipinya, pipinya tampak merona, tapi dia nyaman di perlakukan seperti itu.
"Lalu apa yang akan kita lakukan? Aku tidak sempat membeli cincin baru karena terburu-buru kesini" Naruto mencoba berpikir.
"Entah lah aku tidak tau" Kata Hinata putus asa.
"Bagaimana kalau kita melakukan hal yang sama saat Neji nii datang" Usul Naruto.
"Maksudmu bergandengan tangan? No! Aku tidak mau" Tolak Hinata.
"Kenapa? Aku tidak keberatan" Kata Naruto sambli menunjuk dirinya.
"Kurasa ayah ku akan langsung membunuh mu jika dia melihat kita selalu berpegangan tangan kemanapun" Kata Hinata datar.
Naruto bergidik ngeri mendengar pernyaat datar Hinata. Sepertinya cara itu harus segara di lupakan.
"Aku tau!" Kata Naruto tiba-tiba.
Naruto melepas cincin pernikahan yang tersemat di jari manisnya.
"Kau pakai ini Hime" Kata Naruto sambil menyemat kan cincin tersebut ke jari Hinata.
"Loh?ini?kenpa aku merasa dejavu ya?" batin Hinata.
"Ada apa Hime?" Tanya Naruto pada gadisnya, Hinata tiba-tiba saja melamun.
"Heh?! Ti,tidak. Eh? Cincin ini kebesaran" Kata Hinata melihat cincin yang tampak longgar di jari manisnya.
"Tentu saja, ini kan cincin suamimu,sayang" Kata Naruto tersenyum lebar.
"Ayah pasti menyadarinya" Kata Hinata ragu.
"tidak akan, ayahmu tidak akan memperhatikannya, lagipula akan sulit mencari cincin yang sama dengan punyamu" Kata Naruto menjelaskan.
"Lalu kau?" Tanya Hinata, karna sekarang justru Naruto yang tidak memakai cincinnya.
"Tenang saja, aku akan menyembunyikannya dengan baik" Kata Naruto sambil mengenggam tangan Hinata yang memakai cincin.
"Oh, baiklah"
"Tenang, semuanya akan baik-baik saja. Sekarang mana ciuman selamat datang untuk suamimu ini" Kata Naruto sambil mengusap bibir mungil Hinata.
"Heh! He-hentikan!" Hinata spontan menutup bibirinya dengan kedua telapak tangannya. Lagi-lagi Naruto membuat jantung Hinata berdetak tak karuan.
"hehehe" Naruto tertawa geli melihat tingkah laku istri nya tersebut.
Naruto masih ingin menggoda wanita kesayanganya, dia sadar wajah Hinata memerah, menggoda Hinata adalah kegiatan yang paling mengasikkan baginya, tapi suara mesin mobil yang behenti di halaman rumahnya mengurungkan niat jahilnya tersebut.
"Tadaima!" Suara Neji terdengar memasuki rumah mereka.
"Neji nii sudah pulang" Kata Hinata pada Naruto, wanita itu berusaha menormalkan kembali detak jantunganya.
"Aku sudah katakan bahwa semua akan baik-baik saja bukan" Kata Naruto sambil memandang lembut wajah Hinata.
"Hinata kau dimana?" Suara Neji semakin mendekat kea rah mereka.
"Neji nii kau sudah…" Kata – Kata Hinata hilang begitu saja melihat Neji tidak datang seorang diri "tousan?"
"Apa Kabar Hinata" Sapa Hyuuga Hiashi pada putrid pertamanya.
Naruto hanya berdiri mematung melihat kedatangan ayah mertuanya, tak di sangka bahwa ayah Hinata ternyata benar-benar akan datang. Di sisi lain ia melihat Neji yang memandangnya dengan tatapan tajam.
"Dari mana aku akan mulai" Batin Naruto memelas, faktanya dia akan menghadapi dua masalah sekaligus. Masalah pertama adalah sekarang Neji mengetahui segalanya, lalu masalah yang lain adalah kenapa ayah Hinata datang dengan tiba-tiba begini, apakah Neji telah menceritakan semuanya? Tamatlah Naruto.
Hinata berlari memeluk ayahnya, banyak hal yang dialaminya tapi dia mengingat ayahnya, dan dia sangat rindu.
"Selamat datang, ayah" Kata Hinata lembut.
Hiashi hanya tersenyum memandang putrinya, nampaknya dari sikap nya yang kaku selama ini dia tetap menyayangi putrinya, di lihat dari hal tersebut nampaknya Neji tak mengatakan apapun.
"Kenapa ayah datangnya mendadak, apa ada urusan penting?" Kata Naruto membuka percakapan.
"Apa aku tidak boleh datang dan melihat putri ku?" Jawab Hiashi.
"Bu-bukan begitu, maksudku jika ayah Hiashi memberitahu lebih dahulu kami bisa menyambut kedatangan ayah" Kata Naruto canggung, Hiashi memang pandai memancarkan kharismanya.
"Bagaimana kabarmu Hinata, apa kau betah tinggal dirumah barumu?" Kata Hiashi menatap Putrinya yang baru membangun rumah tangga tersebut.
"Tentu saja ayah"jawab Hinata ber akting.
"A-ayah lebih baik kita mengobrol di dalam" Kata Naruto menginstrupsi pembicaraan Hiashi dan Hinata.
"Oh tentu saja" Jawab Hiashi kemudian menuju ruang tamu sambil merangkul Hinata, biar bagaimanapun nampakya Hiashi sangat merindukan putrinya ini.
Naruto ingin menyusul keduanya, tetapi kemudian Neji menahan salah satu tangannya.
"Ne-Neji nii" Kata Naruto menatap Neji takut, dia sangat tau apa yang ada dipikiran kakak iparmya, Apa lagi Neji adalah kakak yang sangat over protective.
"Kita akan membahasnya ketika ayah sudah pulang nanti" Kata Neji singkat memberikan deathglare terbaiknya pada Naruto.
Seketika Naruto merasa tenggorokannya sangat tercekat, dengan susah payah dia menelan ludah melihat tatapan tajam yang di berikan Neji. "Tampaknya Neji benar-benar sangat marah" Batin Naruto
"A-arigatou Neji nii sudah tidak membertahukan pada ayah" Kata Naruto tak bisa menyembunyikan kecemasannya.
"Kulakukan demi Hinata" Kata Neji sambil melepas genggamannya pada lengan Naruto dan pergi.
"Huhft, kau harus siap Naruto" Kata Naruto pada dirinya sendiri kemudian menyusul Hinata dan yang lainnya kedalam.
"Apa ayah akan menginap disini?" Tanya Hinata pada Hiashi.
" Hm, mungkin begitu" Jawab Hiashi singkat.
"Hm begitu" Jawab Hinata sambil memasang senyum di wajahnya.
Ini berarti sandiwara nya dengan Naruto harus berlanjut sampai malam ini. Hinata melihat wajah Naruto dengan senyum lebar mengembang terpampang di wajahnya, sepertinya dia tau apa yang dipikirkan pria di sampingnya ini.
"Apa tou san sudah makan malam?" Tanya Hinata.
"Hm, sudah. Tousan ingin langsung istirahat"Kata Hiashi membelai puncak kepala Hinata.
"Baiklah tousan" Kata Hinata, dengan senyum lembutnya.
~0~
"Huhft,,untung ayah tidak bertanya macam-macam" Kata Naruto saat mereka berdua berada di kamar.
"Aku khawatir dengan Neji nii"Kata Hinata, sambil naik ke atas ranjang bersiap tidur.
"Kau tidak usah khawatir Hime"Kata Naruto melakukan hal yang sama.
"Sedang apa kau?" Tanya Hinata melihat apa yang di lakukan Naruto.
"Tidur lah sayang" Jawab Naruto santai sambil menarik Hinata menutupi tubuhnya.
"Heh!? Tidak aku tidak,,"
Tangan Naruto memeluk tubuh Hinata mengintrupsi protes yang keluar dari mulut istrinya itu.
"Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi kan? Kau mau ayah mendengar perdebatan kita?"Ancam Naruto sambil mengeratkan pelukannya.
"Heh? I-itu,,"
"Sudahlah! Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu Hime. Atau jika kau masih protes aku akan mencium mu loh"Kata Naruto sambil mengangkat wajahnya mendekat kea rah Hinata.
Wajah Hinata seketika memerah, bahkan Naruto bisa meilhat kegugupan yang terpancar di wajah polos Hinata.
"Kau tau kan, aku sangat merindukan mu"Kata Naruto, Kini sudut bibirnya mengulum senyum.
Tenggorokan Hinata terasa tercekat, Naruto begitu dekat dengannya. Hinata terpaku, saat ini Naruto begitu mempesona dimata nya.
CUP.
"Kenapa harus malu, lagi pula aku suami mu kan?"Kata Naruto sekejap mencium pipi Hinata. "Oyasumi!"
"HEH?! APA YANG?! SADAR HINATA!" Batin Hinata, terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Naruto.
"Hei! Lepaskan!"Hinata mencoba mengumpulkan tenaganya melepaskan pelukan Naruto. Tapi percuma karna pria tersebut rupanya sudah tertidur. Bahkan saat tertidur pelukan Naruto masih terasa erat.
"Dia tidur?" Batin Hinata.
Baru beberapa detik saat Naruto menggoda Hinata, sekarang pria tersebut sudah berada di alam mimpinya. Memeluk Hinata dengan posesif. Wajar karena beberapa hari sebelumnya Naruto terus-terusan mengerjakan pekerjaanya tanpa henti, dia sangat lelah juga sangat merindukan Hinata.
Hinata sudah kehabisan akal, alhasil dia pasrah dengan posisi mereka. Detak jantung Hinata seakan menggema di ruangan kamar mereka yang sunyi. Hinata berharap semoga saja Naruto tak mendengarnya.
Ada apa ini? Kenapa dia gugup sekali? Kenapa jantungnya berdetak sangat cepat. Itu membuat Hinata gelisah. Dalam tidur Naruto tidak melepas pelukannya, tapi itu sama sekali tidak mengganggu Hinata. Yah, bahkan Hinata terbiasa dan merasa nyaman.
Tunggu dulu, bukannya dia harus mengatakan sesuatu pada Naruto. Tentang hari ini. Hinata menatap Naruto yang tertidur pulas. Nampaknya pria tersebut sudah benar-benar terlelap jadi Hinata mengurungkan niatnya.
~0~
Mentari pagi menyelinap masuk kedalam ruangan yang dingin. Menebarkan cahaya dan kehangatannya.
Gadis berambut ungu gelap terbaring dengan sangat nyamannya, meskipun samar-samar kesadarannya telah tau bahwa matahari telah hadir, namun kenyamanannya membuat ingin menambah beberapa menit lagi jam tidurnya. Sangat hangat dan nyaman. Seakan- akan dia seperti di dekap dengan hangat oleh seseorang.
Heh? Tunggu dulu! Dekap?.
Perlahan-lahan Hinata membuka kelopak matanya, mencoba membiasakan matanya untuk menangkap cahaya pagi yang menyapa pandangannya. Kedua matanya yang sayu membulat seketika memperlihatkan permata amesthys dengan sempurna saat otaknya telah selesai mencerna apa yang terjadi.
Jelas saja, perasaan hangat yang mendekapnya bukan hanya perasaan Hinata saja, tapi memang ada pria dengan yang tengah tidur memeluknya dengan erat.
Hinata mengumpulkan kesadarannya, menyadari apa yang terjadi seketika darah di tubuh Hinata seperti berkumpul pada Satu titik. Wajahnya.
"Ohayou Hime"Kata Naruto terbangun Karena pergerakan Hinata.
"Heh?!" Nampaknya kesadaran Hinata belum sepenuhnya pulih, otaknya sibuk mencerna apa yang terjadi. Hinata mengingat dan terus mengingat sebenarnya apa yang terjadi? Bukankah tadi malam yang memeluknya hanya Naruto? Tapi kenapa ketika pagi hari datang, kenapa posisi mereka jadi berpelukan mesra?.
"Hei-hei ada apa Hinata?" Tanya Naruto sambil tersenyum melihat Hinata seakan-akan diam karena panik. "Hmm, baiklah kita akan tidur sepuluh menit lagi"Kata Naruto kembali memeluk Hinata.
"Ero jiiiisaaannnnn!"Hinata mendorong Naruto sekuat tenaga yang ia punya.
"Sttt, kau akan membangunkan ayah mertua"Kata Naruto mendekap mulut Hinata.
"Fuah! Menjauh dari ku mesum!"Kata Hinata melepaskan dekapan Naruto.
"Lagi-lagi kau berkata seperti itu"Kata Naruto nyengir. "Kau benar-benar tidak sadar apapun ketika sudah tertidur, heh?"Kata Naruto tersenyum menyentuh dagu Hinata.
BLUSH.
"A-apa ma-maksudmu baka?"kata Hinata gugup dengan perlakuan Hinata.
Bibir Naruto semakin menyunggingkan senyum nakalnya, menggoda istrinya memang hal yang menyenangkan.
"Tentu saja kau selalu minta di peluk ketika tidur denganku"Kata Naruto spontan.
"Tidak mungkin!"Kata Hinata melempar bantal pada Naruto menutupi wajahnya yang kian memerah.
"Hahaha, kurasa kau mulai jatuh cinta lagi padaku"Kata Naruto bangun dan meninggalkan Hinata yang terdiam.
"Ja-jatuh cinta?" Hinata berguman, ia menutupi sebagian wajahnya dengan bantal.
~0~
Hinata menyiapkan sarapan pagi untuk tiga orang pria yang dicintainya, kecuali Naruto entahlah dia sebenarnya tidak begitu yakin juga dengan perasaanya pada Naruto, akhir-akhir ini mereka sering tidur bersama dan Hinata merasa tidak begitu asing lagi dengan Naruto tidak seperti saat pertemuan pertama dirumah sakit. Saat kembali kerumah ini Hinata merasa dia dan Naruto punya ikatan.
"Ohayou Hinata chan" Sapa Neji saat duduk di meja makan.
"Bagaimana hari-hari mu Hinata" Tanya Hiashi.
"Hmm, begitulah tou san. Aku sibuk mengurusi rumah" Jawab Hinata mengarang.
"Ohayou tou san, Neji nii" Kata Naruto bergabung di meja makan, rupanya dia sudah rapi dengan pakaian kerjanya.
"Hm" Jawab Hiashi singkat. Sedangkan Neji hanya member tatapan tidak menyenangkan dengan Naruto, yah nampaknya kemarahanya pada Naruto belum sepenuhnya hilang.
"Kau tidak bekerja Hinata?"Tanya Hiashi lagi.
"Eh itu,,"Hinata tampak ragu-ragu menjawabnya, sekilas dia melirik Naruto yang masih sibuk dengan sarapan paginya. Tapi bukankah ini kesempatan Hinata untuk mengatakan masalah pekerjannya pada ayahnya, karena dengan adanya ayahnya disini Naruto tidak akan bebuat macam-macam bukan?"
"Yah, akan bekerja di Klinik sekolah ayah" Kata Hinata akhirnya.
"HAH!?"Naruto spontan mengalihkan pandangannya kearah Hinata.
"Ada apa Naruto?" Tanya Hiashi pada Naruto yang tiba-tiba berteriak.
"Heh? Ti- tidak ada apa-apa tousan, aku kira dia akan bekerja minggu depan tak kusangka hari ini hehe"kata Naruto mencoba menutupi keterkejutannya.
"Kurasa itu bagus Hinata, tapi kamu jangan sampai lupa peranmu sebagai seorang istri"Kata Hiashi kemudian mulai menyantap sarapannya dengan diam.
Naruto menatap Hinata dalam-dalam, bagaimana bisa? Apa maksud Hinata? Wanita itu bahkan tidak mengatakan apa-apa padanya.
Hinata merasa bahwa Naruto terus memandanginya, ketika dia mencoba memastikannya mata mereka bertemu, benar pria tersebut memandanginya. Bukan dengan pandangan bingung atau terkejut atau bahkan marah dengan pernyataan Hinata barusan.
Wajah tampan Naruto tersenyum, memandang kearah Hinata yang dengan takut-takut melihatnya.
"Rupanya kau berulah lagi, sayang" batin Naruto sambil berangguk-angguk kecil menatap Hinata.
Sedangkan Hinata bergidik, melihat Naruto Nampak tersenyum seperti itu pria tersebut nampak seperti memberi kode pada Hinata. Apa kali Hinata melakukan kesalahan fatal?
TO BE CONTINUE :D
HOLAA~~
HISASHIBURI minna~~ ^^/. Jangan marah-marah ya :'v #tolong jangan bantai saya T^T
lama banget saya menelantarkan fic ini te~ he ^^7, hontou ni gomennasai #bungkuk.
Maafkan saya karna hiatus terlalu lama T^T,, beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke ffnet dan mencoba mengintip fic ini tak kusangka riviewnya bertambah dari terakhir yang saya lihat, ARIGATOU GOZAIMASU! Aku kira tidak ada yang bakal menyentuh fic ini lagi #terharu.
Btw saya baru sadar kalau fic ini panjang banget ya ^^7,, kok isinya malah seperti drable yang di jadikan satu,ckck. Oleh karena itu mungkin saya harus segera menamatkannya hha,, :v
semoga kalian masih ingin membaca kelanjutannya yaaaa,,tenkyu.
Gomenne,,tidak bisa membalas riview kalian but aku sangat berterima kasih sekali,,, hontou ni arigatou XD
*makasih juga buat silent readers, jika ada :D
*buat yang sudah nge fav or nge follow :D/
…
Seperti biasa silahkan RIVIEW ^^
msconan