Chapter 2
Sasuke membolak-balik data-data di map yang tadi diserahkan Tsunade. Nama calon istrinya masih terngiang-ngiang dikepalanya. Ia bahkan belum pernah melihat gadis yang bernama Hanabi Hyuga. Dari foto yang berada di map itu memang terihat manis. Mirip seperti kakaknya yang dinikahi oleh sahabatnya sendiri.
Sasuke kembali mengacak rambutnya. Ia bingung keputusan apa yang harus diambil. Dia memang Uchiha terakhir. Jika ayah, ibu atau anikinya masih hidup tentu mereka ingin Sasuke mewariskan darah Uchihanya. Ibunya pasti ingin punya cucu. Ia masih ingat dulu waktu itachi pulang dari tugasnya sebagai anbu, ibunya selalu mengeluh. Ia mengatakan bagaimana itachi bisa dapat pacar, jika ia bekerja sebagai anbu. Ibunya juga membujuk itachi agar keluar dari anbu, paling tidak sampai ia punya pacar, ibunya khawatir tidak akan ada gadis yang tertarik dengan itachi karena freeze personality dan tugasnya sebagai anbu yang beresiko besar.
Menikah dengan gadis yang dipilihkan tetua sepertinya tidak begitu buruk. Apalagi Naruto juga menyetujuinya. Naruto tidak akan menjerumuskannya bukan.
Sasuke menghela nafas. Ia mengambil pulpen dan kertas. Ia akan menulis surat pada Tsunade bahwa ia bersedia menikah dengan Hyuga Hanabi. Ia teringat wanita yang dinikahi Naruto, Hinata, gadis anggun, cantik, baik hati, pintar memasak, suka anak-anak dan kunoichi yang cukup kuat. Jika kakak calon istrinya seperti itu maka calon istrinya, Sasuke yakin tidak terlalu jauh dari kakaknya.
#####
Tsunade tersenyum melihat urat jawaban dari Sasuke.
"Dia menyetujuinya" kata Tsunade pada Hiashi yang duduk dengan tenang dihadapannya.
"Jika Uchiha..."
"Aku yakin ia tak akan menyakiti putrimu Hiashi san" kata Tsunade memotong perkataan Hiashi, "Naruto tidak akan menyutujui perjodohan ini jika ada kemungkinan Uchiha menyakiti adik iparnya kan" lanjut Tsunade.
Hiashi menghela nafas, "Apa anda punya usul kapan pernikahan ini dilaksanakan Tsunade san?" tanya Hiashi.
"Dari awal aku sudah yakin bahwa Sasuke Uchiha akan menyetujui perjodohan ini, untuk surat-suratnya sudah siap tinggal ditandatangani Sasuke Uchiha dan putri anda sendiri, untuk resepsinya, saya serahkan pada Uchiha dan keluarga Hyuga" kata Tsunade sambil meyerahkan surat-surat yang memang sudah disiapkannya kepada Hiashi.
Hiashi segera meneliti surat-surat yang ia pegang. Semua sudah lengkap.
"Baiklah kalau begitu saya pamit Tsunade san" kata Hiashi sambil beranjak dari kursinya.
"Jika putri anda sudah menandatanginya anda bisa menyuruh orang untuk memberikannya pada saya Hiashi san, saya akan memberikannya pada Sasuke Uchiha untuk ditanda tangani" kata Tsunade tersenyum senang.
"Tidak perlu repot Tsunade san, saya akan datang sendiri ke apartemen Uchiha untuk menyerahkan berkas- berkas ini, lagipula saya ingin berbicara beberapa hal dengan Uchiha, permisi" kata Hiashi tegas.
Tsunade meringis. Hiashi memang tak kenal takut. Tsunade masih ingat dulu Naruto menggerutu berhari-hari setelah diceramahi Hiashi karena Naruto melamar Hinata. ia yakin hal yang sama akan terjadi dengan Sasuke. Hiashi memang tak kenal takut. Ia tak peduli bahwa mantunya merupakan 2 shinobi paling kuat yang ada, tetap saja jika menantunya itu menyakiti putrinya, Hiashi akan mengamuk. Bahkan sampai 3 tahun pernikahan Naruto dan Hinata, Hiashi masih saja bersikap dingin dengan Naruto. Sepertinya ia belum ikhlas kalau Hinata sudah menikah dengan Naruto.
#####
Sasuke menatap pria yang ada dihadapannya. Bukankah ia sudah menandatangani surat-surat pernikahannya. Kenapa pria yang sekarang berstatus ayah mertuanya ini belum pergi-pergi.
"Apa kau akan mengajak putriku tinggal di apartemen yang kumuh seperti ini?" tanya Hiashi sambil mengangkat alisnya. Melihat itu Sasuke juga mengangkat alisnya, heran, tidak ada yang salah dengan apartemennya. Apartemen ini cukup luas, lebih luas dari apartemen Naruto yang dulu. Tidak ada sampah juga yang berserakan, bau apartemennya juga wangi, kemarin saat ia berkunjung ke rumah Naruto, Hinata memberikan pewangi aromaterapi karena ternyata Hinata terlalu banyak beli pengharum ruangan.
"Saya kira ini cukup luas untuk ditinggali berdua Hiashi san" kata Sasuke datar.
"Hyuga sama...kau harus memanggiku Hyuga sama" kata Hiashi tajam, kerutan dikening Sasuke bertambah. Bukankah Naruto memanggilnya tousan.
"Baiklah saya kira ini cukup luas untuk ditinggali berdua Hyuga sama" ulang Sasuke datar menekankan kata 'Hyuga sama'. Hiashi Cuma bisa mendelik.
"Hanabi biasa tinggal ditempat yang luas, ia akan kaget bila tinggal disini" kata Hiashi lagi.
"Dibelakang apartemen ini ada kebun yang cukup luas, putri anda bisa mendirikan tenda disana jika tidak bisa tidur disini"jawab Sasuke datar.
"BERANINYA KAU..."teriak Hiashi marah
"Dia kunoichi bukan?pasti biasa tidur didalam tenda." Lanjut Sasuke, kini Hiashi tengah menarik kerah bajunya.
"TOUSAMA!" teriak seseorang menyadarkan keduanya dari staring contest
Kini Hinata sedang melerai tangan ayahnya yang masih mencengkram kerah baju Sasuke dan menjauhkan ayahnya dari pria yang sudah berstatus menjadi adik iparnya itu.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Naruto yang tanpa Sasuke sadari sudah ada di sampingnya.
"Bukan apa-apa"jawab Sasuke sekenanya.
"BUKANNYA TOUSAMA BILANG CUMA INGIN MINTA TANDA TANGAN, KENAPA MALAH BERTENGKAR DENGAN MENANTU SENDIRI?" tanya Hinata galak, Hiashi hanya terdiam tak percaya melihat anak gadisnya yang dulu lemah lembut sekarang berani meneriakinya. Namikaze sialan...ini pasti gara-gara Hinata hamil anak Namikaze sialan itu. Hiashi yang tadi mendelik pada Sasuke, melihat Hinata kini berkaca-kaca jadi memberikan tatapan mautnya pada Naruto.
"Tousama janji mau menemani Hinata makan es krim kan?"tanya Hinata memelas. Meliat pandangan Hinata Hiashi pun luluh.
"Baiklah baiklah ayo..."kata Hiashi sambil menuntun Hinata hati-hati, sejak Hinata hamil bukan Cuma Naruto yang overprotektif, Hiashipun tak kalah over protektif. Ia masih sempat memberikan tatapan maut pada dua bersahabat yang kini sudah jadi menantunya semua.
Sasuke dan Naruto segera menghembuskan nafas lega ketika Hiashi dan Hinata keluar dari apartemen. Mereka saling pandang.
"Kenapa kau tidak bilang kalau punya mertua yang paranoid seperti itu?"tanya Sasuke galak. Naruto Cuma nyengir.
"Kalau aku bilang nanti kau menolak perjodohan ini, aku kan tidak jadi punya teman senasib sepenanggungan" kata Naruto tanpa menghapus cengiran dari wajahnya.
"Sialan...aku sudah tanda tangan" kata Sasuke menggerutu.
"Nah...aku dan Hinata menyusul tousan kesini karena takut terjadi apa-apa. Biar dokumen ini aku yang serahkan"kata Naruto sambil mengambil berkas-berkas pernikahan di meja dengan santai.
"Oh ya...tadi aku dan Hinata kesini untuk memberitahumu kalau resepsi akan digelar seminggu lagi ok...nanti sore kau harus ke Hyuga estate...kita akan membicarakan soal resepsinya" kata Naruto kalem. Belum sempat Sasuke menanyakan detailnya, Naruto sudah pergi membawa berkas-berkas itu dengan hiraishinnya.
.
.
.
Yuhu chapter 2...nggak nyangka ada yang baca...soalnya jarang bgt*malah kayaknya hampir gak ada*crita dari pairing ini
Makasih apresiasinya...
Untuk miss independent...er...gak tahu kapan mau update *maklum gw masih amatiran jadi nulis masih tergantung mood*
Nanti kalo gw lg mood pasti gw update...ni jg chapter 2 gw bikin cm butuh kurang dr 1 jam kok , jadi updatenya bisa nanti mlm, bisa besok, bisa minggu depan or bulan depan hehehe...