.
My Guardian
Chapter 6 "Precious Person"
.
Hi minna-san, I'm back! XD
Hontouni Gomenasai aku baru bisa update cerita ini X(
But I hope you will enjoy it!
Terimakasih banyak yang masih selalu setia membaca, mereview, atau nge-fav cerita ini~! XD
.
I do not own Fairy Tail, Hiro Mashima Does.
"A...Ayah?!" Lucy tercengang. Ia menatap pintu kamarnya yang dalam beberapa saat lagi akan terbuka lebar. "Itu suara ayah... Natsu! Kau harus sembunyi." Pinta Lucy dengan nada yang berbisik.
"EH? Tapi kenap-?" Tanya Natsu dengan suaranya yang keras, alhasil Lucy langsung membekap mulutnya dengan tangannya.
"Ssstttss! Jika ayahku tahu di kamarku ada seorang lelaki... habislah aku." Ucap Lucy ketakutan. "Sekarang sembunyilah, aku mohon~~" Pinta Lucy dan akhirnya Natsu mengangguk mengerti. Ia mengendap-ngendap ke samping pintu dan...
Kreekkk
Pintu kamar Lucy kini terbuka sepenuhnya, Ayahnya berdiri disana, kemudian menghampiri putrinya. Natsu bersembunyi di balik pintu, ia terkekeh melihat sisi lain Lucy yang ketakutan dan taat pada ayahnya.
"A-Ayah sudah pulang... Bagaimana dengan pertemuannya? Sudah selesai?" Tanya Lucy kaku.
"Hmm... ayah sepertinya mendengar suara gaduh di dalam kamarmu." Ayahnya mengerutkan dahi, lalu menatap Lucy. "Iya baru saja. Semua berjalan lancar. Ayah dengar kau sedang tidak enak badan..."
"Ahaha... mungkin itu hanya perasaan ayah saja." Ucap Lucy menutup-nutupi. "Daijoubu, aku sudah tidak apa-apa, ayah. Terimakasih."
"... Syukurlah. Turunlah ketika makan malam tiba." Ayah Lucy berbalik dan hendak meninggalkan kamar. Natsu sontak bersembunyi di belakang pintu yang terbuka.
"Baiklah ayah..." Jawab Lucy menghela napas lega seiring dengan tertutup nya pintu.
"Sudah 'kan?" Natsu menghampiri Lucy.
"Hampir saja..." Ucap Lucy terduduk di kasur nya. "Jadi Natsu, mengapa kau kesini tiba-tiba?" Lucy menyilangkan lengan di perutnya.
"Sudah kukatakan sebelumnya kan? Aku merindukanmu." Ucap Natsu dengan senyum khas miliknya, Lucy tak dapat menyembunyikan wajah meronanya.
"J-Jangan bercanda..." Ujar Lucy wajahnya memerah ia lalu mengembungkan pipinya.
Natsu menoleh, "Aku serius, Lucy." Jawab Natsu mantap, tidak ada sedikitpun kebohongan dalam ucapannya. Natsupun duduk di sampingnya. "Aku adalah Guardiamu, ini sudah sepantasnya kan aku selalu berada dekat denganmu." Natsu melepaskan headsetnya, memberi tatapan teduh pada Lucy.
Apakah hanya karena itu? Tanya Lucy dalam hatinya.
Entah mengapa ada perasaan sedih tercipta di sudut hatinya. Sebenarnya apa lagi yang Lucy harapkan?
"Jika..." Lucy menundukan kepalanya, kedua tangannya meremas rok mininya. "Jika... aku bukan angelmu... apa kau akan mengatakan hal itu?" Lucy menggigit bibirnya, poni pirangnya menutupi matanya.
Natsu tetap memandang lurus kedepan, "Haruskah kau menanyakan petanyaan dengan jawaban yang sudah pasti seperti itu?" Tanyanya.
"..." Lucy hanya menggeleng lemah tidak tahu harus berkata apa.
Natsu beranjak, ia berlutut di depan Lucy dan sepasang tangan milik Natsu mengenggam tangan Lucy yang bergetar. "Apapun yang terjadi, Tidak peduli apakah kau itu Angel ku atau bukan, aku akan melindungimu, aku akan berada disampingmu dan menjagamu, satu-satunya orang yang dapat membuatku merasa seperti ini adalah kau, Lucy. Hanya kau. Bukan orang lain." Natsu mengeratkan pegangan tangannya.
"Natsu..." Lucy menatap Natsu, pandangannya buram karena cairan hangat telah terbentuk di ujung matanya.
"Jangan menangis, Lucy." Ucap Natsu getir, ia mengangkat tangan kanannya dan menyeka air mata Lucy dengan ibu jarinya. "Kita akan melewati ini semua dan menjalani kehidupan kita dengan normal setelahnya." Natsu tersenyum berseri.
Lucy pun tersenyum beban di hatinya kini mulai terangkat, "Terima kasih, Natsu."
Natsu tersenyum dan mengangguk. "Saa! Sampai jumpa di sekolah besok!" Natsu mengacak-ngacak rambut Lucy, kemudian memberikan Grin-nya yang khas.
"H-hey!" Lucy memukul pelan dada Natsu namun di ikuti senyuman. "Iya, sampai jumpa, Natsu."
"Sedikitnya rasa rinduku terobati..." Gumam Natsu pelan, Lucy mendengarnya walaupun samar.
Natsu berjalan menuju jendela, dan entah bagaimana ia dapat melompat tanpa kesulitan kebawah. Lucy menatap kepergian Natsu.
Aku sangat bahagia memiliki Guardian sepertimu... Batin Lucy.
.
.
"Juvia... kita tidak ada waktu berdiam diri disini." Ucap Gray yang berdiri di depan Juvia.
"Gray-sama..." Ucap Juvia yang masih belum bisa melupakan apa yang sebelumnya terjadi, wajahnya masih merona.
Gray melirik Juvia yang tertunduk, "Izinkan aku untuk menjadi Guardian yang pantas bagimu..." Gray tersenyum tipis, mengulurkan tangannya.
"G-Gray-sama... Juvia sangat senang, jika memang kaulah orangnya..." Juvia meraih tangan Gray.
Terdapat guratan kemerahan di wajah Gray, namun ia menepisnya dengan gelengan keras di kepalanya, "Semua akan sia-sia jika aku tidak bisa mengalahkan Lyon... ini sudah tugasku-"
"Tidak Gray-sama, Kita berdua yang akan mengalahkannya." Ujar Juvia memotong kalimat Gray, Gray tersenyum mengeratkan pegangan tangannya.
"Sudah selesai dengan opera sabun yang mengharukan dari kalian?" Tanya Lyon memecah suasana.
"Ini akan mengharukan ketika kau kami kalahkan." Gray menatap tajam Lyon.
"Menggelikan." Lyon mengangkat tangannya, kabut seketika semakin menebal.
"Kau sangat suka bermain petak umpet, Lyon?" Gray yang sudah mempelajari gerak-gerik Lyon menyerang Lyon dengan tinju sekuat tenanga yang ia pusatkan pada kepalan tangan kanannya.
"Uaggh..." Lyon yang tidak memprediksi kehadiran Gray menerima pukulan itu. "S-Sejak kapan..." Ucap Lyon memegangi perutnya.
"Kau pikir aku akan terjatuh kedalam perangkap yang sama?" Sahut Gray menunjukan senyum meremehkan.
"Kabut adalah teritoriku, Tidak mungkin kau bisa-" Bantah Lyon yang kini menerima tendangan dari Juvia.
Gray pun tidak tinggal diam, ia memberikan serangan terakhir dengan pukulan keras di kepala Lyon yang menghempaskan tubuh Lyon menghantam dinding hingga tercipta getaran.
Gray terengah, Juvia menghampirinya.
"Kita berhasil, Juvia." Gray menoleh tersenyum ramah padanya.
"Ya, Gray-sama. Hebat sekali." Juvia membalas senyumannya.
Tiba-tiba ada cahaya hitam menyinari tubuh Lyon yang terkapar. Cahaya itu mengangkat tubuh Lyon dan dalam sekali pejaman mata, Cahaya hitam itu lenyap beserta tubuh Lyon. Gray dan Juvia saling bertukar pandangan, setelah melihat semua itu.
"A-apa maksudnya itu?" Tanya Juvia
"Entahlah... Lebih baik kita pulang." Ucap Gray. Juvia mengangguk bahagia.
Pulang dengan Gray-sama? Aaa~ Mimpi Juvia menjadi kenyataan.
.
.
.
-Keesokan Harinya-
Proses belajar dan mengajar di SMA Fairy baru saja usai, bel sekolah masih berdering memenuhi setiap ruangan di SMA Fairy. Murid-murid bersuka cita bergegas keluar kelas.
Lucy memasukan buku terakhirnya ke tas, hingga terdengar suara mungil dari sahabatnya, Levy.
"Lu-chan, Kau sudah selesai?" Tanya Levy menghampiri Lucy.
Lucy mengangguk, mengenakan tasnya. "Unn! Baru saja selesai." Jawab Lucy tersenyum.
"Saa... Ayo kita pergi ke ruang OSIS." Ucap Levy menarik tangan Lucy.
Lucy memasang wajah bingung, "Are? Mengapa ke ruang OSIS?"
"Kau tahu? Ketua OSIS kita adalah seorang Angel." Ungkap Levy.
Lucy melongo, "Nani? Ini aku baru pertama mendengar hal ini." Balas Lucy.
"Tidak heran, kau kan baru masuk hari ini Lu-chan. Hehe... dan tebak... Gray telah menemukan Angelnya, dia Juvia!" Sahut Levy antusias.
"Woah... akhirnya... itu bagus." Ucap Lucy. "Aku banyak melewatkan informasi gara-gara tidak masuk." Tambahnya.
"Ma... Daijoubu, penjelasan selanjutnya setelah kita tiba di ruang OSIS. Sepertinya, Erza-san akan memberitahukan sesuatu." Ucap Levy.
"Lalu ... para Guardian?" Tanya Lucy.
"Mereka sudah ada disana sejak tadi." Jawab Levy membuka gagang pintu ruangan di depannya.
Mereka tiba di ruang OSIS dan sudah disuguhi pertengkaran konyol antara Gray dan Natsu – tidak Gajeel baru saja bergabung dengan mereka. Erza yang sejak tadi sedang berkonsultasi dengan salah satu anggota OSIS akhirnya mengakhirinya lalu berdiri dan menghampiri biang keributan. Dalam hitungan detik, Lucy dan Levy menatap kasihan pada Natsu-Gajeel-Gray yang sudah terkapar mengenaskan di Lantai.
"D-Dia ketua OSIS?" Bisik Lucy pada sahabatnya.
"Y-Ya..." Jawab Levy.
"Oh, kalian sudah datang. Halo, Namaku Erza Scarlet." Ucapnya tersenyum tipis.
"Aku Lucy Heartfilia." Ucap Lucy membalas senyumannya.
"Kau sudah tahu aku, Erza-san." Levy tersenyum ramah.
"Salam kenal. Lucy. Tentu saja Levy..." Erza menghampiri mereka berdua. "Jadi kau Juvia?" Tanya Erza menatap Gadis berambut biru bergelombang, yang sejak tadi berdiri di belakang Lucy dan Levy.
"H-Hai..." Juvia mengangguk malu.
"S-Sejak kapan kau ada disana...?" Levy dan Lucy melangkah kesamping; terkejut.
"Sekarang Semua Guardian dan Angel sudah berkumpul. Bukankah sudah saat nya kita memberitahu mereka Erza?" Ucap jellal.
Natsu, Gray dan Gajeel sudah mendapatkan kesadaran mereka, Akhirnya ikut berdiri berdampingan dengan para Angel mereka.
"Kau benar, Jellal." Erza mengangguk, ia mulai menjelaskan, "Begini, kita semua adalah pemegang White Pearl. Sekolah kita memiliki 8 orang pemegang white pearl." Ucap Erza.
Jellal menambahkan, "SMA Fairy memiliki pemegang white pearl terbanyak. Sehingga kita menjadi sasaran utama bagi pemegang Black Pearl. Aku dan Erza telah menjadi Guardian dan Angel sejak satu tahun yang lalu, tidak ada masalah yang berarti saat itu, namun berbeda dengan tahun ini." Jelasnya.
"Oleh karena itu, Makarov-sama, kepala sekolah kita telah mendirikan Asrama untuk para pemegang white pearl." Sahut Erza.
"Tunggu, mengapa harus sejauh itu, sebagai Guardian kita memang ditakdirkan menjaga para Angel bukan? Kurasa tidak perlu-" Natsu angkat bicara.
"Aku mengerti Natsu." Potong Jellal. "Para pemilik Black Pearl meningkat kekuatannya ketika senja hingga matahari terbit dan di saat itulah kita lengah, kita terpisah dengan para Angel. Lalu jika mereka menyerang... apa yang akan terjadi jika kita tidak ada di samping para angels?"
"Itu cukup logis..." Timpal Gajeel.
"Jadi... kapan kita akan pindah kesana?" Tanya Gray.
"Malam ini." Jawab Erza enteng, membuat yang lainnya terbelalak kaget.
"EEEHHHHH?" Ucap mereka serempak, Erza mengangguk, mengiyakan.
"Lebih cepat lebih baik. Cepat selesaikan 'urusan perizinan kalian' dengan keluarga masing-masing dan datanglah ke Fairy Hills jam 6 sore. Aku akan menjelaskan sesuatu nanti." Ungkap Erza.
"Heeh... aku tidak masalah, karena aku tidak punya keluarga." Ucap Natsu yang membuat suasana hening, Lucy menatap Guardiannya itu.
"Jangan murung seperti itu bodoh!" Ucap Gray mendaratkan jitakannya di kepala Natsu.
"Kono Yaro!" Seru Natsu membalas tindakan Gray.
"Natsu... Gray... sudah..." Ucap Lucy menengahi.
"Dari pada bertengkar cepat bersiap-siap! Aku tunggu di Fairy Hills di belakang sekolah." Erza menatap tajam ke Natsu dan Gray. "dan... kau akan tahu akibatnya jika terlambat!" Aura hitam terlihat di sekeliling Erza membuat semua yang ada disana menelan Ludah, dan segera meninggalkan ruang OSIS.
"B-baik!"
Jellal tertawa kecil, "Tenanglah, kaichou... Kau terlalu keras pada mereka." Ucap Jellal di tengah tawanya.
"Huhh... Mereka banyak menguras tenagaku..." Keluh Erza.
.
.
.
"Jadi Natsu..." Ucap Lucy yang sedang berdiri di depan pagar rumahnya.
"hmmm?" Ucapnya menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya.
"Mengapa kau mengikutiku?" Tanya Lucy.
Natsu menatap ke langit sore, "Sudah jelas, tentu aku akan meminta izin kepada ayahmu."
Mata coklat Lucy menatap tajam ke mata onyx Natsu, mencari sebuah kebohongan disana, tapi tidak ia temukan. "Kau bercanda... Ayahku sangat galak." Tambahnya.
"Aku serius." Ucapnya. Lucy memijat dahinya.
"Baiklah... baiklah... aku percaya." Ucap Lucy membuka pagar yang menjulang tinggi di depannya. Natsu tersenyum mengikuti langkah Lucy.
Semakin dekat Lucy menuju pintu rumahnya, semakin berdetak kencang jantung Lucy. Ia sendiri bingung bagaimana dia akan menjelaskan kepada ayahnya tentang pindah ke asrama secara mendadak seperti ini? Lucy sudah memikirkan kemungkinan terburuk. Jika sampai ayahnya tidak memberi izin, mungkin Lucy akan mencari jalan lainnya – kabur dari rumah.
Kreekk
Pintu rumah Lucy terbuka lebar, Lucy melangkahkan kakinya ragu, melihat ke kiri dan ke kanan, hingga suara seorang maid yang familiar baginya terdengar.
"Okaerinasai, Hime." Ucapnya tanpa ekspresi.
Lucy tersentak, "T-Tadaima..." Ucap Lucy gugup.
"Yoo...!" Sapa Natsu pada Virgo. "Kau... Siapa ya... hmm... Marco?"
"Namaku Virgo. Anda Tuan Natsu yang beberapa waktu lalu menggendong Hime-"
"H-Huaa... Virgo, pelankan suaramu, apa ayah sudah pulang?" Tanya Lucy.
"Tuan sudah pulang, beliau sedang ada di ruangannya, Hime."
"Souka..." Lucy menghela napas.
"Hime, Natsu-sama. saya permisi dulu." Pamit Virgo membungkukkan tubuhnya.
Lucy mengangguk, "Jadi... Natsu... Bagaimana?" Tanyanya menatap Natsu.
Natsu mengacungkan ibu jarinya, "Tentu saja, kita akan menemuinya kan? Jangan khawatir."
Lucy memegangi jidatnya, "B-Baiklah..."
Mereka berjalan berdampingan menuju ruangan tempat ayah Lucy, Jude Heartfilia berada. Lucy tidak dapat menyembunyikan rasa gugupnya, ia terus saja menarik-dan-mengeluarkan napas beratnya. Bertolak belakang dengan Natsu yang melangkah santai dan tidak melepaskan senyuman di wajahnnya.
Langkah mereka terhenti, melihat sepasang pintu yang ada di hadapannya. Lucy menelan Ludah dan melirik Natsu. Tanpa berkata Natsu hanya memberikan anggukan seolah menjadi isyarat untuk tetap membuka pintu itu dan berhadapan dengan ayahnya.
"Ayah, Aku pulang." Lucy menenangkan dirinya mencoba bersikap tenang di depan Ayahnya.
"Oh... Lucy, Masuk." Ucap Ayahnya menurunkan koran yang sejak tadi mengalihkan pandangan matanya. "Ada ap..." Kalimat ayahnya menggantung setelah ekor matanya menangkap seorang pria yang tengah berdiri di samping Lucy, Jude mengernyitkan dahinya.
"A-Ano... Ayah..." Lucy mencoba menjelaskan.
"Selamat Sore, Paman. Namaku Natsu Dragneel, senang berkenalan dengan Anda." Ucap Natsu membungkuk sopan. "Mungkin ini terlalu cepat, tapi dapatkah anda mendengarkan permintaanku?" Masih dalam posisinya Natsu mulai berbicara, Lucy menatap Guardiannya itu khawatir.
"Hmm... Natsu? Katakan apa permintaanmu?" Suara berat Jude menyimpan keraguan di dalamnya.
"Izinkan aku..."
.
.
.
-Fairy Hills, 05:48 PM-
Erza menatap jendela asrama yang memancarkan sinar jingga hasil pantulan dari langit senja itu. Jellal terduduk di kursi menatap Angelnya itu. Sementara Gray, Juvia, Gajeel dan Levy sedang duduk di sofa panjang yang berada di ruang utama Fairy Hills menunggu kedatangan Natsu dan Lucy.
"Mereka masih belum sampai juga." Ucap Gray memecah keheningan.
"Mungkin mereka sedang menuju kemari, Gray-sama." Ujar Juvia.
"Bocah api sangat lambat." Gerutu Gajeel.
"Kurasa ini wajar, mungkin tidak mudah mendapat Izin dari Ayah Lu-chan... yang..." Ucap Levy tidak melanjutkan kata-katanya.
"Ayahnya yang...?" Tanya semua serempak. Erza dan Jellal pun menoleh ingin tahu.
"...sangat galak dan keras." Lanjut Levy akhirnya.
"Tidak heran... mungkin Natsu-san mengalami kesulitan..." Ucap Juvia.
"Tidak masalah, dia pasti akan melewatinya. Bocah api itu orang yang selalu bersikeras. Ya 'kan Gajeel?" Tanya Gray.
Tawa khas Gajeel tercipta, "Geehee... dia pasti bisa melewatinya."
BRAKKK!
Pintu ruangan utama Fairy Hills itu terbuka cukup keras, membuat mata semua orang tertuju kearahnya. Erza tersenyum tipis melihat sosok familiar disana.
"Kami datang!" Ucap Natsu semangat.
"Maafkan atas keterlambatan kami." Lucy membungkuk.
Ekspresi lega terlihat di wajah Levy melihat sahabatnya itu. "Moo... Lu-chan! Bagaimana kau bisa mendapatkan izin?" Tanya Levy tersenyum melihat tangan Natsu menggenggam erat tangan Lucy.
"I-Itu... " Lucy tersenyum hangat, wajahnya kemerahan.
.
*Flashback*
"Izinkan aku menjaga putrimu, Paman Jude!"
"Anak muda, aku bahkan baru mengenalmu dan kau tiba-tiba berkata omong kosong seperti itu. Apa maksudnya?" Jude menatap Natsu dengan serius.
"Aku tidak pandai dalam menjelaskan. Tapi Lucy dalam bahaya dan akan lebih baik jika ia pindah ke asrama sekolah." Natsu mengangkat kepalanya.
"... dan mengapa aku harus menyetujuinya?" Tanya Jude dengan suara beratnya.
"Aku akan melindungi putrimu!" Ucap Natsu lantang.
"Kata-kata itu tidak akan mempengaruhiku, anak muda. Bagaimana kau membuktikannya?" Jude mengangkat bahunya.
"Aku akan menjaganya meskipun nyawaku taruhannya!"
"..." Lucy tersentak, Jude mengerutkan dahinya.
"Hmmm... Tapi-" Belum selesai perkataan ayah Lucy terpotong.
"Aku akan melindungi Lucy. Anda bisa mengandalkanku, Paman!" Ucap Natsu mantap, menunjukan senyuman khasnya.
Jude tidak menemukan keraguan terpancar dari mata onyx Natsu, menandakan dia sangat yakin dengan apa yang dia katakan. Jude tidak bisa mengelak selain mempercayakan anaknya pada Natsu.
"Baiklah..." Jude mulai angkat bicara. "Dengan datangnya kau kemari itu menunjukan kau memiliki nyali yang tidak bisa diremehkan." Ucap Jude.
"Percayalah padaku, Paman." Natsu menyakinkan.
Jude menghela napas, "Baik-baik... Karena sepertinya kau bukan tipe yang menerima kata 'tidak' apa boleh buat."
"Ayah..." Lucy menatap lekat-lekat wajah Ayahnya.
"Kau sudah bertemu dengan pria yang hebat, Lucy." Ayahnya tersenyum yang kemudian disambut dengan pelukan dari Lucy.
"Terimakasih, Ayah." Ucap Lucy bahagia.
"Natsu... Jangan buat aku menyesal telah melakukan ini." Ucap Jude.
"Tentu saja, Paman! Apapun yang terjadi aku akan menjaga orang yang berharga bagimu, karena dia adalah orang yang berharga bagiku juga!" Natsu mengukir senyum dibibirnya, membuat wajah Lucy memerah dalam sekejap
*Flashback End*
.
"Syukurlah kita semua sudah bisa berkumpul disini." Erza menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Membuat pikiran Lucy kembali fokus ke percakapan.
"Pilihlah Sacred Weapons di depan kalian." Tunjuk Jellal. "Kalian belum memilikinya, SW ini dapat di gunakan untuk melawan Black Pearl. Selama ini kalian mungkin kesulitan melawan mereka dengan tangan kosong." Tambahnya.
"SW adalah senjata yang sesuai dengan diri kalian. Dalam hal ini energi dasar yang kalian miliki. Setelah kalian menyegelnya, senjata itu akan tertanam dalam lambang Fairy Academy kalian." Jelas Erza.
"Bagaimana kami bisa mengetahui senjata yang tepat?" Tanya Lucy.
"Mendekatlah, Senjata itu akan bersinar dan melayang kearahmu." Ucap Erza.
Lucy menghampiri meja, begitu juga dengan yang lainnya. Senjata yang semula tergeletak di atas meja mulai bersinar dan melayang di depan mereka. Kini semuanya telah mengetahui senjata yang dapat mereka gunakan. Erza mengangguk ngangguk.
"Sekarang, pegang SW yang ada di hadapan kalian, dan aktifkan segel." Ucap Jellal.
"Seal... Active!" Teriak mereka bersamaan, setelah kata-kata itu selesai terucap, lambang Fairy Academy dari tiap orang bersinar terang, Gray di dada kanannya, Juvia di paha kirinya, Gajeel di tangan kirinya, Levy di pundak bagian kirinya, Lucy di lengan kanannya dan Natsu di tangan Kanannya.
Gajeel : Iron Sword
Gray : Ice Sword
Natsu : Fire Sword
Levy : Book of Spell
Juvia : Water Arrow
Lucy : Light Arrow
"Wow... ini ... hebat..." Ucap mereka berdecak kagum melihat senjata yang ada di genggaman mereka.
"Dengan begini persiapan selesai." Ucap Jellal.
"Apa ada sesuatu yang harus kita lakukan?" Tanya Gray.
"Itu benar. Kita akan memulai Annihilated Operation besok." Jawab Erza.
"Apa itu?" Tanya Natsu.
"Operasi pemusnahan?" Ucap Levy.
"Tepat. Karena Golongan Black Pearl telah mendekati Magnolia, bahkan telah berani menginjakan kaki di Fairy Academy, kita tidak bisa tinggal diam." Ucap Jellal.
"Untuk itu mulai besok kita akan berpencar ke empat titik markas utama Black Pearl. Semua itu terdapat di luar Kota." Tambah Erza.
"Tunggu, apa yang akan kita lakukan disana?" Tanya Lucy.
"Seperti Namanya, Annihilated Operation dilakukan untuk memusnahkan Black Pearl..." Ucap Erza.
Memusnahkan Black Pearl...? Batin Natsu menatap tanda Golongan Black Pearl di lengan kanannya. Tidak ada yang bisa melihatnya kecuali orang itu berada di Golongan Black Pearl sepertinya. Natsu mengepalkan lengannya.
"Ini akan jadi awal pertualangan kita, uh?" Ucap Natsu memegang pedangnya dengan erat, membuat pedang itu seketika di lapisi Api... api berwarna hitam.
Api hitam?! Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya..! Batin Jellal.
.
-To Be Continued-
Yattaa! Akhirnya aku bisa update My Guardian xD
Jujur minna-san, aku sangat teramat sangat bingung mikirin cerita ini (?)
Ide lagi kosong melompong, maaf harus nunggu lama, gomen-gomen-gomen T-T
Jadi harap maklum ya kalo cerita ini gini-gini aja, kurang seru, monoton, gak jelas, atau typo bertebaran dimana-mana u_u
*bow 90 derajat*
Tapi aku harap minna-san tetap meninggalkan reviewnya xD
aku selalu seneng dan termotivasi sama saran dan respon dari fic ini x3
Makasih banyak yang udah baca :D
Tanpa kalian fic ini bukan apa-apa (?)
Sampai ketemu di chapter selanjutnya hehe
Aku harap aku bisa update cepat, do'ain aja ya xD